Sunday, November 24, 2013

why you gotta be so...?

but all you are is mean... all you are is mean. and a liar. and pathetic. and alone in life and mean and mean and mean and mean!!!!

- repost dari blog seorang temen yang sayangnya udah deadactived *evilsmirk*

Saturday, November 23, 2013

Late Mourning

I don't know why I keep doing this useless hurtful shameless thing.
I don't know why I keep asking why I still care. Too damn much care.
I don't know why I end up here in my bed, crying.

Thursday, November 21, 2013

Expecto Patronum

I have a sleeping monster inside my mind. Not such a terrifiying one, but quite annoying. 
He is an ugly cranky hateful irritating monster. He's resentful and a way too sensitive. And the worst, he eats a matter of trust, belief, faith, creed or something like that.
And you know what? You've waken him up already.
I don't even trust my self. Now, I have to learn to trust my self from the very start. Again and again.
Welldone. You.

Batas

  1. garis (sisi) yg menjadi perhinggaan suatu bidang (ruang, daerah, dsb); pemisah antara dua bidang (ruang, daerah, dsb) ; sempadan
  2. ketentuan yg tidak boleh dilampaui
  3. perhinggaan
sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia

Friday, November 15, 2013

recuerdo

Ajari aku cara mengerti maumu. Tapi bukan dengan kehilangan. Itu sesal namanya, bukan pengertian.

Wednesday, November 6, 2013

7.20

pagi ini ada kabut yang terlambat turun, tau-tau bertengger di mataku.
ah, barangkali mereka masuk ke jendela kamar yang semalam tadi lupa kututup.

Monday, November 4, 2013

Sebatas Inginmu

Kau bilang kau suka kopi.
Maka jadilah aku secangkir kopi.
Siap menemani pagi cerahmu.
Nyatanya kau hanya menghirupku selagi panas.
Separuhku kau tinggal. Kau biarkan dingin dikecap angin.

Kau bilang kau suka teka-teki.
Maka jadilah aku selembar teka-teki silang.
Siap memeras otak dan menyedot perhatianmu.
Nyatanya aku kau tinggal selepas penuh kotakku kau isi.

Kau bilang kau pelupa.
Maka jadilah aku sebuah alarm.
Siap mengingatkanmu dengan deringku.
Nyatanya aku hanya kau banting setiap pagi demi membungkam kebisinganku.

Kau bilang kau rindu hujan.
Maka jadilah aku sebentuk hujan.
Siap menyiram kemaraumu yang tak kunjung usai.
Nyatanya kau justru berteduh dan menjauh.
Membiarkan rintikku jatuh menerpa tanah tanpa bisa membasuhmu terlebih dulu.

Kau bilang kau suka senja.
Menjelmalah aku menjadi senja.
Siap kau tatap demi melepas lelah dan penat selepas bekerja.
Nyatanya kau tak pernah punya cukup waktu bahkan untuk sekedar melirik adaku yang hanya hitungan detik.

Maka sekarang aku hanya mau bertanya,
Bagaimana aku tidak merasa takut ketika tempo hari kau bilang,
"aku menyukaimu"?

Saturday, November 2, 2013

Barangkali ini hanya ada dalam pikirku

Barangkali kita hanya dua ingin yang sebatas harap. 
Barangkali kita hanya dua ingin yang berjalan tanpa izin.
Barangkali kita hanya dua mimpi yang tak saling mewujudkan.

Barangkali kita hanya sepasang yang tekun menanti. Tanpa ingin saling mencari. 
Barangkali kita hanya sepasang yang sekadar menginginkan pertemuan. Tak lebih.
Barangkali kita hanya sepasang lelah yang berhenti di tengah pelarian masing-masing.
Barangkali kita hanya sepasang luka yang menunggu saling menyembuhkan.

Barangkali kita hanya dua sosok yang gemar menunggu hal-hal yang tak pernah datang.
Barangkali kita hanya dua awal yang sepakat saling mengakhiri.  
Namun pada akhirnya aku tersadar. 
Kita hanyalah persinggahan yang saling menginginkan selamanya tinggal.




repost dari kicauan @chatadita dan @arman_dhani dengan sedikit perubahan. Terlalu sayang jika hanya dibiarkan sekedar lewat :)

Friday, November 1, 2013

Terimakasih untuk Bahagia yang Sempat Kau Tepati

Jika selamanya tak pernah ada, aku hanya ingin berterimakasih kepada puisi. Kepada merekalah kau pernah menghamba. Menagih untuk ditulis di malam-malam ganjilmu.  Cinta, rindu, harapan, amarah, dan doa kau jadikan penggenapnya. Kemudian kau larungkan pada sebuah alamat ; namaku.

Jika selamanya tak pernah ada, aku hanya ingin berterimakasih kepada sembilan bulan waktumu yang pernah kau bagi bersamaku. Tepat enam bulan dua puluh lima hari kau lahirkan dua belas puisimu. Tanpa judul. Maka kunamai mereka satu per satu. Ucapan Selamat Malam, Pendirian demi Perjudian, Sajak Keresahan, Jarum Penunjuk Waktu, Cinta yang Salah Tempat, Belalang Sembah Jantan, Burung Krepitamofidra, Dua Puluh Enam Milikmu, Hikayat Tanpa Tanda Baca, Percakapan dengan Tuhan, Mari Berhitung, dan yang terakhir, Perempuanku.

Ada delapan "cinta", dua "kasih", dan satu "katresnan" yang menyaru dalam sebelas sajakmu. Dan ada satu nama yang gundul. Tak ada cinta, rindu atau doa di kepalanya. Sedang katamu dialah yang paling ceria, paling banyak tertawa. Aku ingat saat itu kau kirim dia demi menyapu putung-putung kesedihanku. Belakangan aku tersadar, sajak ketujuhmu inilah yang menyimpan paling banyak pilu.

Selamanya memang tak pernah ada. Maka kubingkai puisimu dalam petak-petak kecil di sela-sela otakku. Yang mungkin tak kau tahu adalah bahwa mereka bukan hanya abadi, tapi juga beranak pinak. Memenuhi isi kepalaku dengan penuh aksara "jika" dan "maaf".

Selamanya memang tak pernah ada. Maka aku hanya ingin menyampaikan ini, "Terimakasih untuk pernah menjadikanku kamu dalam puisimu."



Judul dikutip dari @aqmarinnaa

"Terima kasih untuk bahagia yang sempat kau tepati, meski tak seluruh janji."