Saturday, December 14, 2013

Bab Khusus, tentang Kamu, untuk Kamu

Hei kamu...sedang baik-baik saja kan? Kadang kamu akan bilang : betapa sempurnanya hidupku! Tapi pada saat yang sama, kamu akan bilang : betapa celakanya diriku!

Kamu dingin. Tapi pada saat yang sama, sejenis onar yang liarbersemayam dalam dirimu. Kamu mengambil hak kerjamu dengan penuh. Tapi kamu selalu tahu, bahwa kamu tidak perlu membutuhkan banyak uang dalam hidup ini.

Hei, selalu masih ada nasib baik di dunia ini. Hei, jangan pernah menghancurkan harapan seseorang, sebab jangan-jangan hanya itu satu-satunya hal penting yang mereka miliki.

Kamu menghindari forum-forum besar, sebab kamu tahu persis : di sana banyak orang menepuk dada, dan banyak orang yang terlalu banyak bicara. Kamu menghindari orang-orang yang gampang marah, cerewet, dan oportunis.

Kamu bukan pahlawan, tapi kamu orang yang mandiri. Kamu bukan orang hebat, tapi kamu tahu persis bagaimana agar selalu bisa belajar dari kesalahan masal lalu. Kamu tahu bahwa dunia ini kacau dan sakit. Tapi kamu tidak boleh tidak memiliki harapan. Kamu tahu harus bertanggungjawab pada peradaban dan hidupmu. Kamu tidak pernah mengerjakan hal-hal besar, tapi kamu yakin selalu ada hubungan yang erat antara kerja-kerja kecil dengan perubahan-perubahan besar. Kamu peduli. Kamu peduli. Kamu peduli.

Kamu menghormati orang yang lebih tua, menyayangi anak-anak kecil, dan senantiasa melemparkan senyum, mengulurkan tangan kepada teman-teman sebaya. Kamu memang belum memiliki jawaban final tentang Tuhan dan agama. Tapi kamu sungguh mengerti bahwa pada tubuh agama-agama itu, ada banyak nilai bijak yang dikandung, sekaligus tahu ada sejarah buruk menyangkut dosa-dosa berbagai agama. Tapi kamu butuh nilai, butuh keyakinan, dan mengangkat tinggi-tinggi kemanusiaan sebagai agamamu. Kamu menghargai orang yang tidak punya agama dan tidak punya Tuhan. Tapi kamu menjadi bagian orang-orang yang menentang musuh-musuh kemanusiaan.

Kamu sedari kecil diajari untuk tidak hidup berlebihan. Kamu sedari kecil diajari ketika kamu mulai berlebihan, berarti ada hak orang lain yang kamu ambil.

Tentu saja kamu bukan orang yang benar-benar baik. Tidak dan tidak akan pernah. Tapi setidaknya kamu bukan penjahat kemanusiaan. Dan kamu tetap bergulingan membayar harga keresahanmu.

Kamu terdiam. Luka pada kenanganmu membengkak. Kamu terjatuh. Kamu terbangun dengan sisa air mata. Diam. 

Hei, kamu baik-baik saja. Kamu harus terus punya harapan. Harus.
Kamu jangan merasa sebagai satu-satunya orang yang menderita. Jangan berlebihan. Juga dalam menyikapi penderitaan. Selalu ada usaha-usaha dan kerja-kerja kecil yang bisa dilakukan. Kamu hanya butuh sedikit membuka telinga dan mata. Lihat, lihatlah.... masih banyak orang  yang saling berbagi kebahagiaan dan harapan.

Cuci dulu mukamu, biar segar. Cuci dulu lukamu, biar tak ada kuman. Cuci dulu harapanmu, biar tidak hanya onar.

Kini buatlah daftar orang-orang yang kamu kagumi. Orang-orang yang sederhana dan bersetia kepada cita-cita mereka. Jangan lupa, mereka adalah orang-orang yang rendah hati. Kamu tentu masih igat pepatah bijak yang tertulis di tembok kamarmu, di samping monitor komputer. Kalimat dengan huruf yang sangat kecil, tapi kamu bisa memandangnya dan membacanya setiap saat. Sebuah kalimat yang berbunyi : Di atas seluruh kesempurnaan hanya ada sikap sederhana dan rendah hati.

Lalu segera buat daftar nama-nama orang yang harus kamu hindari jauh-jauh. Nama-nama kaum pecundang! Kamu tahu ciri utama mereka, bukan? Ya, yang seperti selalu dikatakan oleh sahabatmu. Ciri utama seorang pecundang adalah, mereka senantiasa punya jawaban negatif dan nyinyir untuk segala hal!

Hidupmu hampir sempurna. Hampir! Karena memang tidak pernah ada hidup yang sempurna, atau mari bermain kata-kata, justru karena tidak sempurna itulah, kamu sempurna sebagai manusia.


cuplikan dari novel karya Puthut EA yang berjudul "Cinta Tak Pernah Tepat Waktu"

Sunday, November 24, 2013

why you gotta be so...?

but all you are is mean... all you are is mean. and a liar. and pathetic. and alone in life and mean and mean and mean and mean!!!!

- repost dari blog seorang temen yang sayangnya udah deadactived *evilsmirk*

Saturday, November 23, 2013

Late Mourning

I don't know why I keep doing this useless hurtful shameless thing.
I don't know why I keep asking why I still care. Too damn much care.
I don't know why I end up here in my bed, crying.

Thursday, November 21, 2013

Expecto Patronum

I have a sleeping monster inside my mind. Not such a terrifiying one, but quite annoying. 
He is an ugly cranky hateful irritating monster. He's resentful and a way too sensitive. And the worst, he eats a matter of trust, belief, faith, creed or something like that.
And you know what? You've waken him up already.
I don't even trust my self. Now, I have to learn to trust my self from the very start. Again and again.
Welldone. You.

Batas

  1. garis (sisi) yg menjadi perhinggaan suatu bidang (ruang, daerah, dsb); pemisah antara dua bidang (ruang, daerah, dsb) ; sempadan
  2. ketentuan yg tidak boleh dilampaui
  3. perhinggaan
sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia

Friday, November 15, 2013

recuerdo

Ajari aku cara mengerti maumu. Tapi bukan dengan kehilangan. Itu sesal namanya, bukan pengertian.

Wednesday, November 6, 2013

7.20

pagi ini ada kabut yang terlambat turun, tau-tau bertengger di mataku.
ah, barangkali mereka masuk ke jendela kamar yang semalam tadi lupa kututup.

Monday, November 4, 2013

Sebatas Inginmu

Kau bilang kau suka kopi.
Maka jadilah aku secangkir kopi.
Siap menemani pagi cerahmu.
Nyatanya kau hanya menghirupku selagi panas.
Separuhku kau tinggal. Kau biarkan dingin dikecap angin.

Kau bilang kau suka teka-teki.
Maka jadilah aku selembar teka-teki silang.
Siap memeras otak dan menyedot perhatianmu.
Nyatanya aku kau tinggal selepas penuh kotakku kau isi.

Kau bilang kau pelupa.
Maka jadilah aku sebuah alarm.
Siap mengingatkanmu dengan deringku.
Nyatanya aku hanya kau banting setiap pagi demi membungkam kebisinganku.

Kau bilang kau rindu hujan.
Maka jadilah aku sebentuk hujan.
Siap menyiram kemaraumu yang tak kunjung usai.
Nyatanya kau justru berteduh dan menjauh.
Membiarkan rintikku jatuh menerpa tanah tanpa bisa membasuhmu terlebih dulu.

Kau bilang kau suka senja.
Menjelmalah aku menjadi senja.
Siap kau tatap demi melepas lelah dan penat selepas bekerja.
Nyatanya kau tak pernah punya cukup waktu bahkan untuk sekedar melirik adaku yang hanya hitungan detik.

Maka sekarang aku hanya mau bertanya,
Bagaimana aku tidak merasa takut ketika tempo hari kau bilang,
"aku menyukaimu"?

Saturday, November 2, 2013

Barangkali ini hanya ada dalam pikirku

Barangkali kita hanya dua ingin yang sebatas harap. 
Barangkali kita hanya dua ingin yang berjalan tanpa izin.
Barangkali kita hanya dua mimpi yang tak saling mewujudkan.

Barangkali kita hanya sepasang yang tekun menanti. Tanpa ingin saling mencari. 
Barangkali kita hanya sepasang yang sekadar menginginkan pertemuan. Tak lebih.
Barangkali kita hanya sepasang lelah yang berhenti di tengah pelarian masing-masing.
Barangkali kita hanya sepasang luka yang menunggu saling menyembuhkan.

Barangkali kita hanya dua sosok yang gemar menunggu hal-hal yang tak pernah datang.
Barangkali kita hanya dua awal yang sepakat saling mengakhiri.  
Namun pada akhirnya aku tersadar. 
Kita hanyalah persinggahan yang saling menginginkan selamanya tinggal.




repost dari kicauan @chatadita dan @arman_dhani dengan sedikit perubahan. Terlalu sayang jika hanya dibiarkan sekedar lewat :)

Friday, November 1, 2013

Terimakasih untuk Bahagia yang Sempat Kau Tepati

Jika selamanya tak pernah ada, aku hanya ingin berterimakasih kepada puisi. Kepada merekalah kau pernah menghamba. Menagih untuk ditulis di malam-malam ganjilmu.  Cinta, rindu, harapan, amarah, dan doa kau jadikan penggenapnya. Kemudian kau larungkan pada sebuah alamat ; namaku.

Jika selamanya tak pernah ada, aku hanya ingin berterimakasih kepada sembilan bulan waktumu yang pernah kau bagi bersamaku. Tepat enam bulan dua puluh lima hari kau lahirkan dua belas puisimu. Tanpa judul. Maka kunamai mereka satu per satu. Ucapan Selamat Malam, Pendirian demi Perjudian, Sajak Keresahan, Jarum Penunjuk Waktu, Cinta yang Salah Tempat, Belalang Sembah Jantan, Burung Krepitamofidra, Dua Puluh Enam Milikmu, Hikayat Tanpa Tanda Baca, Percakapan dengan Tuhan, Mari Berhitung, dan yang terakhir, Perempuanku.

Ada delapan "cinta", dua "kasih", dan satu "katresnan" yang menyaru dalam sebelas sajakmu. Dan ada satu nama yang gundul. Tak ada cinta, rindu atau doa di kepalanya. Sedang katamu dialah yang paling ceria, paling banyak tertawa. Aku ingat saat itu kau kirim dia demi menyapu putung-putung kesedihanku. Belakangan aku tersadar, sajak ketujuhmu inilah yang menyimpan paling banyak pilu.

Selamanya memang tak pernah ada. Maka kubingkai puisimu dalam petak-petak kecil di sela-sela otakku. Yang mungkin tak kau tahu adalah bahwa mereka bukan hanya abadi, tapi juga beranak pinak. Memenuhi isi kepalaku dengan penuh aksara "jika" dan "maaf".

Selamanya memang tak pernah ada. Maka aku hanya ingin menyampaikan ini, "Terimakasih untuk pernah menjadikanku kamu dalam puisimu."



Judul dikutip dari @aqmarinnaa

"Terima kasih untuk bahagia yang sempat kau tepati, meski tak seluruh janji."