"In the end, we have to pick our own happiness"
Quote di atas dikutip dari buku Antologi Rasa karangan Ika Natassa. Suatu pemikiran yang tiba-tiba terlintas ketika saya melihat orang-orang di sekitar saya saat saya menulis postingan ini. Saat ini saya sedang berada di kafe terkenal di salah satu mall di kota Solo.
Di kanan saya ada sepasang kekasih yang sedang bercengkrama (baca : bermesra-mesran) dengan asyiknya. Di sebelah kiri saya ada dua cewek-cewek yang (sejauh pengamatan saya) sedari tadi meletakkan diri di kursi, tidak henti-hentinya foto-foto. sepuluh menit pertama saya masih biasa-biasa aja, tapi ini udah hampir dua jam dan mereka masih dengan innocent nya menjepret-jepret diri mereka dengan tab dan blackberry. Saya mulai khawatir dengan lengan mereka. Lebay lo mbak lebaaaay!!!
Bila saya deskripsikan lebih lanjut, delapan puluh persen pengunjung kafe ini seperti dua di atas, kalo nggak dateng buat pacaran, yaa dateng buat foto-foto. Mungkin bagi sebagian besar, kebahagian adalah bisa foto-foto di tempat kece untuk kemudian diupload ke twitter, facebook, instagram dan entah apa namanya itu. Atau bahagia adalah jalan berdua bareng pacar, duduk sebelahan, cubit-cubitan, colek-colekan dan segala bentuk PDA lainnya.
Bagi saya, kebahagiaan adalah duduk dengan satu kaki dilipat di atas lutut (ala aki-aki), satu porsi mocha frappe ukuran grande, laptop, akses gratis internet, dan pikiran yang bebas dari beban pikiran. Saya kesini bersama dua orang teman saya, tapi kami memilih untuk duduk terpisah bahkan jaraknya jauh-jauh.
Dulu saya berpikir, weekend paling menyenangkan jika dihabiskan bareng temen-temen, sekumpulan geng
Dulu saya juga pernah - bahkan selalu berpikir, begitu menyenangkannya punya pacar. saya ingat saya pernah sebegitu inginnya melihat tulisan "in relationship with - " di bio facebook saya, punya tanggal jadian, bisa keluar malem nonton bareng pacar dan hal lain yang biasa pasangan-pasangan lain lakukan.
Tapi ternyata, saya lebih memilih untuk tetap begini, menikmati kesenderian saya sebagai jomblo single bahagia :)) *kemudian disambut standing applause jomblo-jomblo se-Indonesia raya*
i almost do those things with the guy i've ever wanted. (hampir) Memutuskan untuk memilih apa yang saya idam-idamkan selama ini bersama orang yang "pernah" saya inginkan. I was in that line, and thanks god i never cross the line...:')
Butuh waktu beberapa bulan untuk akhirnya membuat saya mengerti mana yang sebenarnya lebih saya inginkan, mana yang lebih saya butuhkan.
okeee ini kenapa jadi ngelanturnya kejauhan yaaaa???!!!!
Well, yang ingin saya sampaikan di sini adalah, orang memiliki kebahagiaan dan caranya sendiri sendiri untuk menikmati kebahagiaannya.. Apa yang terlihat belum tentu seperti yang dibayangkan, dipikirkan. Kadang untuk mendengar dengan benar suara hati itu susah, terhalang opini orang, budaya, tuntutan, bahkan logika sendiri.
Ask your heart, what you really want to do in your life, then get it :)
Butuh waktu beberapa bulan untuk akhirnya membuat saya mengerti mana yang sebenarnya lebih saya inginkan, mana yang lebih saya butuhkan.
okeee ini kenapa jadi ngelanturnya kejauhan yaaaa???!!!!
Well, yang ingin saya sampaikan di sini adalah, orang memiliki kebahagiaan dan caranya sendiri sendiri untuk menikmati kebahagiaannya.. Apa yang terlihat belum tentu seperti yang dibayangkan, dipikirkan. Kadang untuk mendengar dengan benar suara hati itu susah, terhalang opini orang, budaya, tuntutan, bahkan logika sendiri.
Ask your heart, what you really want to do in your life, then get it :)
No comments:
Post a Comment