Friday, December 14, 2012

my dear mr. rudi

"ini Solo kenapa sih? Tumben banget macet dimana-mana!"
Jika Anda kebetulan orang Solo atau sedang berjalan-jalan di sekitar Solo di minggu-minggu terakhir ini, maka akan sering Anda temui fenomena di atas. Yup, macet! Kota Solo yang (bisa dibilang) kota kecil ini biasanya jauh dari kata macet, crowded, gak seperti Jogja terlebih Jakarta. Hanya saja akhir-akhir ini sering ditemui tumpukan kendaraan dimana-mana yang tidak lain tidak bukan disebabkan oleh banyaknya jalan yang dialihkan. Daaaan akar dari semua pengalihan jalan in iadalah adanya pembangunan infrastruktur DI MANA-MANA!!
Kalo memang yang dibangun itu esensial dan penting nggak papa.. Lha tapi ini... bisa dibilang pembangunan di beberapa tempat terkesan nggak penting dan hanya berfungsi sebagai penghias saja. Padahal lokasinya benar-benar di jantung kota, jalan protokol yang kalo ditutup jelas bikin macet parah.

Here's some picture we'd capture:



naaaah, ini nih penyebab utama kemacetan di Solo... Jalan utama dari dan ke Slamet Riyadi dari arah Panggung. Bisa dibayangin deh gimana ribetnya!


Ini pembangunan - entah apa - di Patung Slamet Riyadi. Padahal udah bagus begitu masih di-remake lagi...



Ini permbangunan trotoar pinggir jalan sepanjang depan BI sampai balai kota. Dan kalo diperhatikan sebenarnya pembangunan di depan gedung BI ini terlalu berlebihan...


ini pembangunan di tugu depan Balai Kota. Mungkin sekalian nutup jalannya kali ya, berhubung cuma berapa  meter jaraknya dari tugu jam Pasar Gede...



Ini lagi, pembangunan gapura dan trotoar di pinggir jalan -apa namanya lupa (padahal deket kampus). Sepanjang jalan menuju stasiun Jebres dan pasar Ledoksari. Nggak begitu dibutuhkan kalo dipikir lebih jauh karena stasiun Jebres sendiri bukan stasiun yang sentral dan nggak begitu ramai pengunjung. Mending stasiun Balapan atau Purwosari sekalian aja yang dibagusin.

Well, sebenernya positngan kali ini adalah hasil obrolan saya dan @ayuulalala waktu beberapa kali lewat di jalan-jalan di atas. Sekalian menyurakan aspirasi temen saya yang dengan kritisnya langsung berkomentar ketika melihat kemacetan beberapa kali dan saat melihat poster (mantan wakil) Wali Kota Solo nampang di depan Technopark, berujar, "ooooh panteees...ternyata buat kampanyeeee~"
hahahaaaa!!! cukup menjelaskan :P

Sunday, December 2, 2012

Make your own happiness




"In the end, we have to pick our own happiness"

Quote di atas dikutip dari buku Antologi Rasa karangan Ika Natassa. Suatu pemikiran yang tiba-tiba terlintas ketika saya melihat orang-orang di sekitar saya saat saya menulis postingan ini. Saat ini saya sedang berada di  kafe terkenal di salah satu mall di kota Solo. 

Di kanan saya ada sepasang kekasih yang sedang bercengkrama (baca : bermesra-mesran) dengan asyiknya. Di sebelah kiri saya ada dua cewek-cewek yang (sejauh pengamatan saya) sedari tadi meletakkan diri di kursi, tidak henti-hentinya foto-foto. sepuluh menit pertama saya masih biasa-biasa aja, tapi ini udah hampir dua jam dan mereka masih dengan innocent nya menjepret-jepret diri mereka dengan tab dan blackberry. Saya mulai khawatir dengan lengan mereka. Lebay lo mbak lebaaaay!!! 

Bila saya deskripsikan lebih lanjut, delapan puluh persen pengunjung kafe ini seperti dua di atas, kalo nggak dateng buat pacaran, yaa dateng buat foto-foto. Mungkin bagi sebagian besar, kebahagian adalah bisa foto-foto di tempat kece untuk kemudian diupload ke twitter, facebook, instagram dan entah apa namanya itu. Atau bahagia adalah jalan berdua bareng pacar, duduk sebelahan, cubit-cubitan, colek-colekan dan segala bentuk PDA lainnya.

Bagi saya, kebahagiaan adalah duduk dengan satu kaki dilipat di atas lutut (ala aki-aki), satu porsi mocha frappe ukuran grande, laptop, akses gratis internet, dan pikiran yang bebas dari beban pikiran. Saya kesini bersama dua orang teman saya, tapi kami memilih untuk duduk terpisah bahkan jaraknya jauh-jauh. 

Dulu saya berpikir, weekend paling menyenangkan jika dihabiskan bareng temen-temen, sekumpulan geng motor  pergi ke mall kemudian menghabiskan malam dengan menginap bersama. Tapi ternyata saya lebih menikmati waktu saya dengan berjalan-jalan sendiri,  ngebolang kemana semaunya sendiri .yes, i'm finally found that i am this type of person! I love having my own time!





Dulu saya juga pernah - bahkan selalu berpikir, begitu menyenangkannya punya pacar. saya ingat saya pernah sebegitu inginnya melihat tulisan "in relationship with - " di bio facebook saya, punya tanggal jadian, bisa keluar malem nonton bareng pacar dan hal lain yang biasa pasangan-pasangan lain lakukan.

Tapi ternyata, saya lebih memilih untuk tetap begini, menikmati kesenderian saya sebagai jomblo single bahagia :)) *kemudian disambut standing applause jomblo-jomblo se-Indonesia raya*
i almost do those things with the guy i've ever wanted. (hampir) Memutuskan untuk memilih apa yang saya idam-idamkan selama ini bersama orang yang "pernah" saya inginkan. I was in that line, and thanks god i never cross the line...:')

Butuh waktu beberapa bulan untuk akhirnya membuat saya mengerti mana yang sebenarnya lebih saya inginkan, mana yang lebih saya butuhkan. 

okeee ini kenapa jadi ngelanturnya kejauhan yaaaa???!!!!

Well, yang ingin saya sampaikan di sini adalah, orang memiliki kebahagiaan dan caranya sendiri sendiri untuk menikmati kebahagiaannya.. Apa yang terlihat belum tentu seperti yang dibayangkan, dipikirkan. Kadang untuk mendengar dengan benar suara hati itu susah, terhalang opini orang, budaya, tuntutan, bahkan logika sendiri. 


Ask your heart, what you really want to do in your life, then get it :)