Monday, October 17, 2011

Mekanisme Pertahanan Ego

Mekanisme Pertahanan Ego (ego defense mechanism) merupakan strategi yang dipakai individu untuk menolak impuls instingtif yang tidak dikehendaki sekaligus melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan.  

Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.

Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu bagian dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super ego, atau bila ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.

Freud mendiskripsikan ada tujuh mekanisme pertahanan meliputi :
  1. Identifikasi (Identification) : sebuah upaya untuk mereduksi ketegangan dengan cara meniru atau mengidentifikasi diri dengan orang yang dianggap berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Misal : meniru orang tuanya, gurunya, atlit ataupun penyanyi idola. 
  2. Pemindahan atau reaksi kompromi (Displacement / Reactions Compromise) : upaya untuk mereduksi ketegangan dengan cara mengganti ganti obyek melalui :
    • Sublimasi, misal mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan mengisap ibu jari
    • Substitusi, misal remaja yang cemas akan dorongan seksnya menyalurkannya melalui bacaan cabul atau onani
    • Kompensasi, misal tubuh yang pendek dikompensasikan dengan sikap percaya diri yang berlebihan.
  3. Represi (repression) : upaya mereduksi ketegangan dengan cara menekan ide, ingatan, fikiran yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran. Represi dapat muncul dalam bentuk campuran misal :
    • Represi + displacement : Remaja yang takut kepada orang tuanya mengekspresikan kemarahannya dalam bentuk melawan gurunya
    • Represi + simptom histerik : Pilot yang mengalami kebutaan setelah menyaksikan partner kopilotnya meninggal saat kecelakaan pesawat.
    • Represi + psychophysiological disorder : Wanita yang mengalami sakit migrain setiap kali menahan rasa marahnya.
    • Represi + fobia :  Pria yang takut dengan barang yang terbuat dari karet karena selalu teringat akan kemarahan ayahnya saat dirinya memecahkan balon karet kesayangan adiknya.
    • Represi + nomadisme : Orang yang suka berpindah pindah tempat ataupun minat karena frustasi dan ingin selalu lari dari masalah
  4. Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression) :
    • Fiksasi : Terhentinya pertumbuhan normal mental seseorang akibat ketidak mampuan mengatasi peristiwa buruk yang ekstrem ataupun kontinyu dimasa lalu. Misal : ketergantungan finansial pada orang tua akibat dimanja. 
    • Regresi : Sikap untuk selalu kembali mundur ke tahap perkembangan terdahulu (biasanya ke tahap dimana pernah mengalami fiksasi) karena menimbulkan rasa nyaman.
  5. Pembentukan reaksi (Reaction Formation) : tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan tidak nyaman dengan kebalikannya. Misal : Suami yang membenci istrinya, memperlakukan istrinya dengan memanjakan atau mencumbunya secara berlebihan. 
  6. Pembalikan (Reversal) : mengubah status ego dari aktif menjadi pasif. Misal : Benci pada ibu yang pilih kasih namun dibalik menjadi benci kepada dirinya sendiri.
  7. Projeksi (projection) : mengubah kecemasan neurotik atau moral menjadi kecemasan realistik . Misal : Saya membenci dia (menimbulkan kecemasan neurotik) diubah menjadi dia membenci saya (salah dia sendiri). 


No comments:

Post a Comment