Tuesday, July 27, 2010

kail, ikan, dan batu kecil...

ini salah satu sajak milik Pak Sapardi yang saya paling suka, judulnya Memancing...:-)
(ayo kita memancing...=P) 


batu kecil yang tadi iseng kaulemparkan
ke dalam kolam pemancingan itu
mendadak sadar dan membayangkan dirinya ikan
yang menyambar-nyambar mata kailmu

tapi batu kecil memang bukan ikan
dan kailmu tidak dirancang untuk batu itu
tapi kenapa kau suka iseng melempar-lemparkan
sehingga batu itu mendambakan kailmu

batu itu, murung, ada di dasar kolam sekarang
di sekitarnya ikan-ikan tak acuh berseliweran
sementara kailmu terpencil bergoyang-goyang
di tepi kolam kau terkantuk-kantuk sendirian



keren kan? keren kan? keren kan????
hehehe...

curcol dikit yaa...
Ni saya nulis sedang dalam keadaan 'sakit' nih... sakit aneh, yang setelah ditelusuri ternyata namanya sakit rindu...-_-'
yang kalo kata Raditya Dika salah satu perasaan paling mengganggu, tapi sekaligus paling menyenangkan..
(menyenangkan apanya???!!! Ini mah namanya mengganggu!!!!)

Monday, July 19, 2010

Layanan Pendidikan pada Masa Trotz I




Menurut para ahli psikologi, individu biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis yang biasanya disebut Trotz. Masa ini terjadi dalam dua periode, yaitu periode pertama yang terjadi pada usia 2 – 3 tahun dan periode kedua yang terjadi pada usia antara 14 – 17 tahun.
Kali ini hanya akan dibahas periode pertama saja, yaitu usia 2-3 tahun. Pada masa ini orang tua dituntut untuk mengendalikan kesabarannya. Pada masa ini pula anak mengalami golden age dimana semua informasi diserap dengan cepat, oleh karena itu butuh arahan dan bimbingan yang tepat dari orangtua selaku pendidik utama dan utama.
Pada masa ini ciri utama yang terlihat adalah:
  1. anak mulai sadar akan ke-aku-annya. Anak menjadi egois, selalu mendahulukan kepentingan diri sendiri .
  2. mulai mengetahui perbedaannya dengan orang lain
  3. mulai mencari kemampuan dirinya.
  4. bersifat menentang, keras kepala, dan menolak pendapat orang lain
Layanan pendidikan pada masa ini dapat dirangkum dalam poin-poin berikut :
  • Sesuatu yang tidak prinsip dibiarkan saja, sedangkan untuk yang prinsip diajak dengan bujukan
Sesuatu yang tidak prinsip di sini, misalnya jika anak tidak mau tidur siang, dan lebih memilih bermain.
DO : Tidak ada salahnya membiarkannya bermain-main sendiri. Jika dirasa perlu untuk tidur, maka mulailah dengan berbaring di kamar terlebih dahulu, kemudian meminta si anak untuk menemani. Mungkin awalnya tidak akan dipedulikan, namun ketika anak mulai bosan dengan mainannya, maka ia akan mengikuti ibunya untuk turut serta tidur siang.
Sedangkan hal yang prinsip, misalnya, mandi sore.
DO : Jika anak menolak untuk mandi, bisa diatasi dengan bujukan yang logis dan menyenangkan, (misalnya "iih...ade' kalo nggak mandi nanti bau lho. Nanti kalo bau temennya nggak ada yang mau deketin ade ")
  • Lebih baik menggunakan bujukan daripada perintah
DON’T : Dalam mengarahkan anak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, jangan pernah menggunakan kata-kata kasar seperti, "awas!, "hush!", "rasain kamu!".  Perasaan anak kecil apda masa ini sangat halus, sehingga perkataan kasar kita sangat mungkin menyakiti perasaannya. Selain itu, proses copying berkembang pada masa ini, sehingga kata-kata yang diucapkan orang lain sangat mudah melekat dalam ingatannya. Tentu orang tua tidak mau anaknya menjadi individu yang berperangai kasar kepada orang lain.
DO : Pada masa ini, hendaknya anak sudah mulai dilatih untuk lebih mandiri. Pengarahan dan bimbingan orangtua sangat dibutuhkan. Jika kita ingin anak melakukan sesuatu, misalnya menyuruh anak untuk menaruh piring kotornya, maka jangan langsung menyuruhnya dengan kalimat perintah, melainkan dengan ajakan ("ayo, bareng-bareng sama mama naruh piring di belakang!"). Orang tua diharapkan ikut berpatisipasi dalam kegiatan sehingga bisa membentuk kebiasaan bagi anak dengan lebih efektif karena anak merasa bekerja bersama-sama.